Di sebuah desa hiduplah sepasang suami istri,yang bernama pak Amin dan Bu Amin.
Hari-hari mereka sangat bahagia,pak Amin sangat suka memelihara burung.Banyak sekali burung yg digantung di teras rumahnya.Ada seekor burung yang kicaunya sangat merdu dan warnanya pun sangat cantik.Burung itu lah yang sangat disayangi pak Amin.Hari-hari kerja pak Amin hanya mengurus burung-burung itu.
Suatu hari datanglah seseorang yang hendak membeli burung pak Amin.Orang itu sangat tertarik dengan burung tersebut,karena suara nya sangat merdu dan warna nya pun sangat cantik.
Orang itu memberikan penawaran yang sangat mahal kepada pak Amin.Tapi karena pak Amin sangat menyayangi burung itu,ia pun enggan untuk menjualnya.Tapi orang itu sangat ingin membeli burung itu,setiap hari penawarannya semakin menggiurkan pak Amin.Akhirnya lama-kelamaan pak Amin berfikir kenapa orang itu sangat ingin membeli burung tersebut.Pada hari berikutnya orang itu datang lagi dengan penawaran yang lebih tinggi.
Akhirnya pak Amin setuju untuk menjual burung itu.Malam harinya pak Amin berfikir jika burung itu mentahnya saja mahal apalagi kalau sudah digoreng.Dan tanpa berfikir panjang lagi pak Amin lalu memotong dan membersihkan burung itu dan menyuruh istrinya untuk menggoreng burung tersebut.
Pada keesokan harinya orang itu datang untuk membeli burung itu,dengan wajah sangat gembira pak Amin menyerahkan burung itu.Orang itu sangat terkejut ketika melihat burungnya yang telah berubah menjadi burung goreng. Orang itu lalu bertanya,pak kenapa burungnya bapak goreng. Pak Amin pun menjawab saya pikir bapak akan membayar dengan sangat mahal apabila burungnya sudah masak. Pak saya ingin membeli burung itu karena suaranya sangat merdu dan warnanya sangat cantik. Rencananya saya ingin melombakan burung itu. Saya berfikir apabila burung itu ikut lomba maka burung akan menang.
Kalau bapak sudah menggoreng burung itu maka saya tidak jadi untuk membelinya. Pak Amin lalu berteriak "Apa" jadi kamu tidak jadi membelinya. Iya jawab orang itu untuk apa saya membeli burung yang sudah digoreng. Orang itu lalu pergi meninggalkan pak Amin dengan perasaan kecewa. Pak Amin hanya bisa terdiam dan sedih melihat burung itu,ia pun berkata saya mengharapkan Untung yang besar tapi saya malah rugi besar.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Cerpen : Burung yang malang"
Posting Komentar